Rabu, 06 Juni 2012

S E B U A H A M P L O P


           Hal ini terinspirasi dari Guru Matematika saya sewaktu saya duduk di bangku SMA kelas XII. Beliau pernah mengatakan hal ini kepada saya, yang menginspirasikan saya dalam menulis reportase ini. Dari segala usia mungkin pernah dan bahkan sering untuk datang ke suatu “UNDANGAN PERNIKAHAN”. Saya yang pernah menjadi tamu dalam dua kondisi yang berbeda yaitu PERNIKAHAN MEWAH dengan PERNIKAHAN SEDERHANA menggaris bawahi yang terjadi dalam pemberian amplop. Satu persatu akan saya ulas mengenai hal tersebut.
Ketika saya menghadiri PERNIKAHAN MEWAH di salah satu gedung ternama di Jakarta. Disana disajikan berbagai makanan lezat, dengan 2 tipe, yaitu tersedia makanan khas Indonesia sebagai menu utama dan makanan luar Indonesia sebagai sampingannya. Dan berbagai macam minuman, mulai dari jus, sirup dan minuman – minuman lainnya. Sang pengantin baik pria maupun wanita, menggunakan dua gaun pengantin dalam sesi sore dan malam.
Tak kalah dengan para tamu yang juga tampil glamour, dengan balutan pakaian terusan yang seksi atau pas body dan perhiasan yang melilit di tangan mereka ataupun yang menggantung di leher mereka. Juga panitia acara menggunakan seragam kebaya dengan warna yang sama dan rabut yang juga tata rias salon.
it's me
Semua tampak cantik dan mempesona, yang sudah saya pastikan bahwa ereka semua kesini dengan menggunakan keadaan pribadi, ya setidaknya menggunakan taksi walaupun biaya ongkos membengkak. Dan diperkirakan mereka semua yang hadir disini adalah para wanita dan pria yang berpendidikan ( baik yang masih pelajar, mahasiswa/i ataupun pekerja ). Tak mau dibilang tak meriah, sang pengantin yang juga saya rasa dari golongan kaum berada, mengundang salah satu artis sebagai pengisi acara musiknya. Dan tampak 2-3 orang artis senior menghadiri acara tersebut, walaupun dari pihak wanita maupun pria bukanlah artis. Dapat dibayangkan bukan keadaan pada saat acara tersebut berlangsung? Dan menurut hipotesa saya, para tamu undangan memberikan sejumlah uang dalam amplop, dengan jumlah ratus ribu ataupun lebih.
Sangat berbeda sekali dengan PERNIKAHAN SEDERHANA ALA KADARNYA yang sering saya jumpai di sekitar rumah saya ataupun melihat di pinggir jalan. Bertempat tinggal di gang, memang mengakibatkan sangat sulit di akses para tamu ketika mengadakan suatu acara. Namun pernikahan – pernikahan yang sering saya jumpai tersebut tetap berlangsung dengan meriah, tak kalah dengan kisah sebelumnya yang saya perbincangkan. Makanan disajikan dalam satu jenis saja, yang umumnya makanan khas Indonesia atau makanan khas sang mempelai wanita. Dan sebagai pencuci mulut buah buahan yang biasanya pisang, jeruk atau sedikit anggur. Dan menu cemilan untuk anak – anak, kue – kue sederhana, pudding atau es krim yang pasti memiliki cita rasa berbeda dengan es krim dalam kisah sebelumnya. Sang pengantin pun hanya mengenakan satu jenis gaun selama seharian.
Dan para tamu undangan pun berpakaian rapih namun jauh dari kesan mewah apalagi glamour. Panitia acaranya pun hanya mengenakan pakaian rapih saja. Transportasi para undangan pun berbeda – beda. ada beberapa kendaraan pribadi terpajang di depan gang, dan mereka harus berjalan kaki menuju lokasi pernikahan. Ada yang naik motor, naik angkot bahkan ada yang berbondong – bondong datang dengan menyewa angkot ( angkutan kota ). Biasanya acara seperti ini, dihadiri oleh para ibu – ibu dan bapak – bapak. Tampak jarang anak muda yang ingin mengikuti orang tuanya untuk hadir dalam acara tersebut.
http://www.google.co.id/imgres?um=1&hl=id&biw=1292&bih=619&tbm=isch&tbnid=bGRSTM2lrVRf2M:&imgrefurl=http://khabardarikrui.blogspot.com/2011/02/pesta-di-depan-rumah.html&docid=E2WSLT9d9TRKIM&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAySKNnm7D8jY34sOUIwxUI1cTg5FfAf9JKlYhy1H-drsATmiYS8MKoUK4BcnHKxc1bTWhyphenhyphenr7QBh1legRD3YZCKrShpvN2Tqf1k1heoeOMprlHvVH6OAC1vOkO88myzeb8s1L4fPgZGv59/s1600/Image%25252528045%25252529.jpg&w=1280&h=960&ei=5X_PT_vIHNGGrAfIupClDA&zoom=1&iact=hc&vpx=569&vpy=312&dur=367&hovh=194&hovw=259&tx=140&ty=130&sig=111021501819172575536&page=4&tbnh=131&tbnw=187&start=71&ndsp=22&ved=1t:429,r:19,s:71,i:262
Biar tampak meriah, di Undangan kerap kali saya temukan kata – kata “ turut mengundang ketua RT xx, ketua RW xx”, yang biasanya ditulis adalah orang – orang penting atau terkenal. Dan yang menjadi ciri khasnya adalah selesai acara sering kali ada DANGDUTAN hingga larut malam. Namun pemberian amplop juga cukup berbeda, hypotesa saya para tamu undangan memberikan sejumlah uang dengan kisaran ribu hingga puluh ribu saja. Dan mungkin lebih banyak diantara mereka, memberi dibawah lima puluh ribu.
Ya setidaknya kita menyadari bahwa sang mempelai dari kisah pertama berasal dari kaum berada, dari keluarga baik pria maupun wanita yang memiliki ekonomi lebih dan diatas rata – rata. Dapat kita lihat pada perayaan pesta yang saya kisahkan tersebut, dimana mulai dari makanan, tamu undangan, panitia serta transportasi semuanya tampak mewah. Dan buat apa kita memberikan amplop tebal kepada mereka, toh mereka sudah sangat mampu membuat acara yang semewah itu. Pesta meriah bukan berarti berharap balas budi amplop tebal kan. Dan dapat dipastikan, awal pernikahan merekapun tidak membuat mereka serba kekurangan.
Sedangkan dengan keadaan yang sesudahnya ( cerita kedua ), saya yakin mereka menabung dengan susah payah untuk acara ini. Dan seharusnya kita memberi amplop tebal untuk mengembalikan modal sang mempelai ini, serta untuk kehidupan awal pernikahan mereka. Ya saya berharap hal ini dapat membuka mata para pembaca, dan menyadari hal kecil yang sudah menjadi tradisi ini. Jangan hanya rasa gengsi yang membuat kita berlaku seperti hal tersebut. Semoga untuk kedepannya bangsa Indonesia dan juga para pembaca bisa lebih baik lagi.
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar